Oktober 18, 2025

Indonesia Waspada: Dua Banjir Baru Landa Negeri, Puluhan Korban Mushala Sidoarjo Telah Teridentifikasi

IMG-20251013-WA0074

JAKARTA, Postindonesia.com – Lanskap kebencanaan Indonesia kembali menunjukkan dinamikanya seiring dengan dimulainya periode transisi musim. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam laporan terkininya hingga Minggu (12/10/2025) pukul 07.00 WIB,

Mendokumentasikan dua kejadian bencana hidrometeorologi baru yang mempertegas tantangan di awal musim penghujan, sembari terus melakukan pembaruan penanganan empat kejadian sebelumnya yang masih menyisakan duka dan pekerjaan rumah.

Banjir Bandang Simalungun: Air Setinggi Dada Menghantam Serbelawan

Di Sumatra Utara, amukan alam datang pada Jumat (10/10/2025). Hujan deras yang tak henti-hentinya mengguyur kawasan Kabupaten Simalungun memicu Sungai Sikkam melampaui ambang batasnya. Air bah yang membawa lumpur dan material lainnya menerjang Kelurahan Serbelawan, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, dengan kekuatan yang mencemaskan.

Dalam sekejap, permukiman warga berubah menjadi kolam raksasa. Tinggi muka air dilaporkan mencapai 150 sentimeter, setara dengan dada orang dewasa, mengakibatkan 120 unit rumah terendam dan mengisolasi ratusan keluarga. Aktivitas warga lumpuh total, dengan jalan-jalan utama hanya bisa dilalui oleh perahu.

Sigap menanggapi keadaan, BPBD Kabupaten Simalungun langsung bergerak cepat, berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan untuk melakukan penanganan darurat, termasuk mengevakuasi warga yang terjebak dan mendirikan posko pengungsian. Upaya tersebut membuahkan hasil; hingga Sabtu (11/10), banjir dilaporkan berangsur surut, meninggalkan genangan dan lumpur yang harus segera dibersihkan, serta trauma bagi warga yang mengalaminya.

Nabire, Papua Tengah: Dua Distrik Terendam, Ratusan Keluarga Terdampak

Nasib serupa dialami oleh warga di Kabupaten Nabire, Papua Tengah. Pada Kamis (9/10) sore pukul 15.35 WIT, hujan dengan intensitas tinggi memicu banjir yang menyapu dua distrik sekaligus, Distrik Nabire Barat dan Distrik Yaur. Bencana ini tidak hanya mengganggu hunian warga tetapi juga merusak sendi-sendi kehidupan sosial dan pendidikan.

Data yang dihimpun menunjukkan skala kerusakan yang signifikan: 380 Kepala Keluarga (KK) harus merasakan dampaknya, dengan lima unit rumah mengalami kerusakan kategori sedang. Yang lebih memprihatinkan, dua fasilitas ibadah yang menjadi tempat warga berzikir dan satu fasilitas pendidikan sebagai tempat menimba ilmu turut menjadi korban, mengganggu aktivitas keagamaan dan pembelajaran anak-anak. Hingga laporan ini dibuat pada Sabtu (11/10), banjir masih menggenangi wilayah terdampak, menuntut kesabaran dan ketangguhan dari warga Nabire. BPBD setempat terus melakukan pemantauan ketat untuk mengantisipasi perkembangan lebih lanjut.

Pembaruan Penanganan: Dari Puing di Bogor hingga Duka di Sidoarjo

Sementara itu, BNPB juga memberikan pembaruan mengenai sejumlah bencana yang terjadi sebelumnya.

Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, angin kencang yang menerjang pada Selasa (7/10) lalu meninggalkan jejak kerusakan berupa sepuluh rumah rusak ringan dan dua rumah rusak sedang. Proses pemulihan terus berjalan. Hingga Sabtu (11/10), pembersihan puing-puing atap dan tembok yang berserakan masih dilakukan secara gotong royong oleh warga, dibantu oleh tim gabungan yang terdiri dari TRC BPBD Kabupaten Bogor, Damkar, Satpol PP, dan DLH. Suara mesin pemotong dan semangat kerja sama mewarnai upaya membangun kembali rasa aman di kampung mereka.

Personil BPBD Kabupaten Bogor melakukan pembersihan pada sejumlah pohon tumbang akibat terjangan angin kencang yang melintasi wilayah Kabupaten Bogor pada Selasa (7/10).Foto:  BPBD Kabupaten Bogor
Personil BPBD Kabupaten Bogor melakukan pembersihan pada sejumlah pohon tumbang akibat terjangan angin kencang yang melintasi wilayah Kabupaten Bogor pada Selasa (7/10). Foto: BPBD Kabupaten Bogor

Di Sidoarjo, Jawa Timur, proses penyembuhan luka terdalam terus berlanjut pasca-robohnya Mushala Pondok Pesantren Al-Khozini. Hingga Sabtu (10/10) pukul 22.30 WIB, Tim Disaster Victim Identification (DVI) berhasil mengidentifikasi seluruh 51 jenazah yang menjadi korban dalam tragedi pilu tersebut. Selain itu, tiga dari tujuh body parts yang berhasil ditemukan di reruntuhan juga telah teridentifikasi dan dikonfirmasi sebagai bagian dari korban yang sudah terdata. Proses yang rumit dan penuh ketelitian ini memberikan sedikit kelegaan bagi keluarga yang telah lama menanti kepastian.

Dari sisi korban selamat, dua orang dilaporkan masih menjalani perawatan intensif. Satu orang dirawat di RSUD RT Notopuro Sidoarjo, sementara satu lainnya, dengan kondisi yang memerlukan penanganan lebih kompleks, masih bertahan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Perjuangan mereka melawan luka menjadi saksi bisu dahsyatnya musibah yang terjadi.

Peringatan Dini BMKG: Siaga Penuh Menghadapi Cuaca Ekstrem Awal Musim Hujan

Memasuki awal Oktober, sebagian besar wilayah Indonesia mulai memasuki fase kritis: transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Pertumbuhan awan hujan yang signifikan menjadi penanda, sekaligus alarm, atas potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi secara tiba-tiba.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa pada periode 13 hingga 16 Oktober 2025, cuaca di Indonesia secara umum akan didominasi oleh hujan ringan hingga lebat. Masyarakat diimbau untuk mewaspadai peningkatan intensitas hujan sedang hingga lebat yang berpotensi melanda hampir seluruh provinsi di Indonesia, mulai dari ujung barat Aceh hingga tanah Papua.

Menghadapi ancaman ini, BNPB mengeluarkan seruan resmi kepada masyarakat. Beberapa langkah kewaspadaan yang ditekankan antara lain:

· Menghindari berteduh di bawah pohon, papan reklame, dan bangunan yang rapuh saat hujan disertai angin kencang.
· Bagi warga yang bermukim di daerah perbukitan, lereng tebing, dan kaki gunung, diminta untuk ekstra waspada terhadap hujan yang berlangsung lebih dari satu jam, karena berpotensi memicu banjir bandang dan tanah longsor.
· “Segera lakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman jika tanda-tanda bahaya mulai terlihat,” pesan BNPB dalam pernyataannya.

Tidak hanya kepada masyarakat, BNPB juga mengingatkan pemerintah daerah, khususnya jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), untuk berada pada status siaga tertinggi. Peningkatan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung, menjadi keniscayaan yang tidak bisa ditawar di tengah ketidakpastian iklim ini. Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat menjadi kunci untuk meminimalisir risiko dan korban jiwa di musim penghujan yang baru saja dimulai.

Red/Hr